top of page
Search

A Real Time Loner

  • Writer: BigBella
    BigBella
  • Oct 20, 2018
  • 3 min read

Apakah kamu seorang introvert? Apakah kamu suka menyendiri? Apakah.. apakah.. apakah...


Too much question for a short post about my feelings today *padahal cuma dua doang -__-* Seseorang pernah bilang padaku bahwa introvert dan kawanannya adalah hal yang dapat mengkotak-kotakkan hidup manusia. Jadi jangan terpaku dengan itu. Hmm.. tapi kalau menurutku itu tidaklah seratus persen benar. Why? karena rasanya segala sesuatu ada karena sebuah alasan. Seperti kata Carl Jung, (penemu MBTI) personality-type hadir untuk memudahkan kita mengerti mengenai kepribadian seseorang yang mana akan berguna bagi kehidupan kedepannya. Dan itu yang aku rasakan. Setelah aku aku tau aku itu introvert, aku bukannya menjauhkan diri dari peradaban *waktu itu* tapi aku masih tetap berinteraksi seperti biasanya. Bahkan seperti ekstrovert pada umumnya. Bergaul, tertawa bersama, dan bla bla bla. Lalu dimana bagian introvertnya? Nah... disini.. dan sekarang. Saat aku menyadari ada yang salah dalam diriku dan butuh waktu. Disini si 'introvert' bekerja. Dia membantuku memahami segala sesuatu dari luar dan dalam diriku. Memprosesnya sedemikian rupa sehingga aku mengerti apa, mengapa, dan bagaimana-nya. Bukan seperti ekstrovert yang butuh keramaian dan apalah itu namanya untuk membuatnya merasa lebih baik. Introvert membutuhkan sebaliknya *ya iyalah -_-*. Pemusatan perhatian hanya untuk diri sendiri. Kalau dipikir, rasanya seperti kita adalah mahluk-mahluk yang sangat suka merefleksikan diri. Yaa.. walau kadang tidak selamanya refleksi itu bisa terealisasikan sisi positifnya. But yaa that's me. Si tukang pikir yang suka merenungkan segala hal yang bisa direnungkan. Rasa-rasanya kepalaku ini tidak bisa berhenti berpikir. Entah apa saja bisa dipikirkan. Apa saja bisa dibayangkan. Dan rasanya aku juga seperti punya teman bayangan di dalam kepalaku yang selalu mengajakku bicara kapan saja aku berjalan sendirian. Serem ya? Tapi tenang, aku rasa kegilaanku ini tidak akan membawaku ke bipolar atau skizo *let's say together, amen*. Atau saat berada dikerumunan, ada saja cara otakku untuk bekerja, seperti memperhatikan seseorang dan berusaha menebak kepribadian dan isi pikirannya. Telepas dari kata Anthony DiNozzo (NCIS) bahwa "people are fascinating", dan aku akui aku sangat tertarik dengan semua yang berhubungan dengan mental dan pikiran manusia itu, aku rasa itulah cara introvert menangani dirinya. Melihat, merasakan, memikirkan, dan membicarakan dengan dirinya sendiri. Dan menentukan sendiri kapan waktu yang tepat untuk kembali.


Sebuah pertanyaan terbesit dalam benakku, apakah sama saja dengan melarikan diri (dalam konteks permasalahan)? ..... Jujur aku akan bilang 'tidak sama'. Bagi 'introvert' itu bukan melarikan diri tapi memberikan waktu untuk dirinya sendiri. Waktu untuk figure-out apa yang sedang terjadi oleh dirinya sendiri dan bukan dari orang lain. Atau simpelnya, lebih nyaman mengerti dari diri sendiri ketimbang harus mendengarkannya dari orang lain. Kedengaran egois, tapi begitulah kira-kira.


Aku memutuskan untuk menarik diri dari 'peradaban' sekitar pertengahan semester lalu. Kalau dihitung-hitung sudah hampir 6 bulan. Sebentar lagi melahirkan. Walau dalam rentang waktu tersebut aku sempat keluar keperadaban beberapa kali, tapi sampai sekarang aku masih berada dalam fase yang sama, 'menghilang'. Aku.... awalnya tidak tau kenapa rasanya diriku ingin sekali menarik diri dari dunia luar, tidak ingin berhubungan atau berkomunikasi dengan siapapun, menghilang atau bersembunyi dalam gua kenyamananku, tapi lama kelaman aku paham. Si 'introvert' yang awalnya membuatku gagal paham tapi kemudian membuatku mengerti bahwa ada ini.. itu.. dan bla bla-nya. Sehingga kemudian aku memutuskan benar-benar menarik diri dari peradaban *dengan cara yang lebih manusiawi tentunya* *emang sebelumnya engga manusiawi?* *maybe, i dunno, hanya orang sekitarku yang bisa menilai* dengan kemauanku sendiri dan dengan akal yang lebih sehat tentunya. Jika awalnya aku hanya bisa menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam diriku, si 'introvert' membuatku lebih berpikir dan akhirnya aku menyadari bahwa yang lebih kuperlukan sekarang adalah membenarkan apa yang salah dalam diriku. Kira-kira begitulah 'aku' bekerja keras selama ini. So, sampai aku physically and mentally benar-benar pulih, mungkin I'll stay this way. Mungkin. Mung-kin. Mungkin, karena hari esok tidak ada yang tau, tidak juga Mama Lauren.


Bingung ya?? Sama, saya jugaa... T_T yahhh, mau gimandose lagi tapi beginilah otak saya bekerja. Agak rumit dipahami, mungkin butuh sebulan lebih untuk Stephen Hawking membuat rumusnya. Tapi ya.. hanya Tuhan dan lubuk hati saya saja yang tahu, walaupun aku ga begitu suka tahu (makanan).


Cave,

with Bella's unorganized thought and the internet network that finally works.


Comments


Unknown Track - Unknown Artist
00:00 / 00:00
bottom of page